Mar 16, 2019

My 5 Days and 4 Nights Trip to Malaysia and Singapore: Day #1

/
0 Comments


Sebenarnya agak bingung juga mau sebut ini hari pertama atau bagaimana, karena kalau dilihat dari jam kedatangan kami saat sampai di KLIA, kami sampai sekitar pukul satu dini hari 😆. 


Anyway, jadi begitu sampai, kami menginap selama beberapa jam di bandara sampai matahari terbit. Kami memilih menginap di bandara bukan tanpa alasan. Karena pertama kali pergi ke Malaysia hanya berdua saja dan tanpa bayangan apapun tentang transportasi apa yang bisa kami tumpangi pada jam semalam itu, kami lebih memilih untuk tinggal di bandara. Ternyata usut punya usut, jarak antara KLIA sampai ke Kuala Lumpur itu lumayan jauh. Sekitar dua jam perjalanan dengan bus, itupun juga kalau jalan tidak begitu padat. Sebagai tourist perempuan, kalau tiba pada jam semalam itu, menginap di bandara adalah pilihan yang oke menurut saya. Lagipula, bandara KLIA luarbiasa besar, aman dan ada beberapa resto yang buka 24 jam, jadi tidak usah cemas.


Oh iya, begitu sampai di negara orang, kita wajib beli kartu sim untuk telepon genggam supaya bisa tetap berkomunikasi dengan keluarga di rumah. Kalau masih dalam lingkungan bandara, kita masih bisa survive hanya dengan mengandalkan wifi, tetapi kalau sudah keluar area bandara, kita kudu punya kartu sim untuk tetap bisa berkomunikasi. Di bandara manapun itu, begitu sampai kita bisa langsung membeli kartu sim di bandaranya. Ada pilihan beberapa provider, jadi tinggal pilih yang sesuai kebutuhan saja dan tentunya yang paling worth it.


Selesai beli kartu sim, saya dan adik langsung menuju ke salah satu resto yang sepertinya buka 24 jam, namanya Nam Heong Ipoh dan memesan makanan di sana. Makanannya cukup enak dan Ipoh White Coffee-nya bikin saya dan adik saya jatuh cinta. Adik saya terutama, karena dia yang awalnya bukan penyuka kopi bisa suka berat sama kopi ini.

Nam Heong White Coffee-nya enak

Selesai makan, sekitar pukul tiga pagi, kami mencari tempat untuk beristirahat di kursi-kursi kedatangan. Jangan takut tidak ada tempat beristirahat, ada banyak kursi yang disediakan untuk beristirahat sebentar di sana.


Sekitar pukul enam pagi, saya dan adik saya segera bersiap untuk berangkat ke Kuala Lumpur. Ada banyak pilihan transportasi yang bisa kita pilih untuk sampai ke Kuala Lumpur. Kami sendiri memilih naik bus yang langsung membawa kami ke Pudu Sentral. Harga tiket busnya cuma RM12.00 per orang. Pastikan untuk stand by di tempat penjemputan penumpang lima belas menit sebelum waktu keberangkatan kalau tidak ingin ketinggalan bus.

Tiket bus dari KLIA2 menuju Pudu Sentral


Karena terjebak macet, kami sampai di Pudu Sentral sekitar pukul sembilan pagi. Dari Pudu Sentral, hanya butuh jalan kaki sedikit untuk sampai di Petaling Jaya.


Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, kami memilih penginapan di Petaling Jaya. Kawasan pecinan biasanya memang terkenal kotor dan ramai. Saya sendiri sudah menyadari konsekuensi soal hal itu. Tetapi setelah mempertimbangkan banyak hal, termasuk kemungkinan kalau cuaca buruk, setidaknya kami bisa berjalan-jalan di sekitar Petaling Jaya saja. Jadi, opsi untuk menginap di Petaling Jaya-lah yang akhirnya kami setujui bersama. 


Pilihan saya jatuh pada Hotel Chinatown Inn. Dari luar, hotel ini terletak di antara ruko-ruko dan terlihat kurang meyakinkan pada awalnya tetapi begitu masuk ke dalamnya, ternyata tempatnya nyaman dan bersih. Rate hotel inipun juga sudah termasuk lumayan bagus.

Hotel tempat kami menginap di KL selama 4 hari 3 malam



Katanya, sih, kita boleh membawa pulang buku yang kita suka dari rak buku dekat resepsionis hotel ini. Saya sendiri pengen sekali membawa salah satu buku pulang bersama saya, tapi tidak ada buku dalam bahasa Inggris, dong. Terpaksa niat saya diurungkan.

Seharusnya kami check in sekitar jam dua siang, tetapi kami mencoba untuk meminta early check in pada resepsionis dan ternyata kami boleh early check in di sana. Pada saat check in, kami harus memberikan refundable deposit sebesar RM30.00 dan tourist tax sebesar RM30.00. Nah, deposit ini fungsinya sebagai jaminan kalau saja ada kerusakan fasilitas kamar yang disebabkan oleh penyewa kamar.




Kamar hotelnya nyaman, cukup lengkap dan bersih untuk ukuran budget hotel. Fasilitasnya agak kuno tetapi sudah sangat cukup untuk dipakai beristirahat. Kamar mandinya sudah dalam ruangan, ya, dan sudah dengan shower air hangat dan dingin. Worth it banget lah!

Fasilitasnya lengkap. Ada AC dan kipas angin, ada televisi jadul juga tapi lumayan lah.

Kami beristirahat sebentar di hotel sambil merencanakan akan pergi kemana. Tujuan pertama kami adalah Kuil Thean Hou yang menurut google maps hanya berjarak 5.2 km. Pikir kami, kami bisa ke sana hanya dengan berjalan kaki. Semangat pelancong kami ketika itu membuat kami begitu terobsesi untuk jalan kaki saja, seperti backpacker-backpacker bule di Bali. Kalau mereka saja bisa berjalan belasan bahkan puluhan kilometer, kenapa kami harus menyerah dengan lima kilometer? Tentu saja kami bisa. Tapi.. hmm, lima kilometer itu jauh! Google maps membuat kami tersesat sampai di Jalan Scott yang akhirnya membuat saya lebih memilih bertanya pada orang sana langsung. Sayapun berinisiatif untuk bertanya pada mbak-mbak yang terlihat sedang menyapu di depan toko. Kata dia, untuk sampai ke Kuil Thean Hou itu tidak mungkin dengan berjalan kaki karena untuk sampai ke sana tidak ada jalur pejalan kaki dan jalannya menanjak tajam. Dia menyarankan kami untuk menumpang dengan Grab saja. Dan betul saja, setelah mengikuti sarannya, kami melihat sendiri bagaimana rute ke Kuil Thean Hou: jalannya menanjak tajam dan memang tidak mungkin bagi kami untuk jalan kaki sampai ke sana!


Sebelum ke Kuil Thean Hou, sebetulnya saya juga ingin jalan ke Little India langsung karena menurut Google Maps, kami seharusnya juga melewati Little India untuk sampai ke Kuil Thean Hou. Pada saat bertanya pada mbak-mbak tadi, saya juga sempat bertanya cara untuk sampai ke Little India. Dia bilang kalau mau ke Little India sebetulnya sudah dekat, dan setelah saya selidiki lebih lanjut, Jalan Scott itu sebetulnya juga sudah termasuk Brickfield, dan di Brickfield itulah Little India berada!


Di Jalan Scott itu juga saya sempat salah sangka dengan salah satu kuil India. Dari arsitekturnya, saya pikir kuil itulah Kuil Sri Mahamariamman dan saya ngotot minta sama adik saya untuk foto di depan kuil itu. Dari tempat bertanya dengan mbak-mbak tadi, saya masih maksa berjalan sampai ke ujung jalan Scott, tempat kuil itu berdiri. Ternyata setelah foto dari seberang jalan, kami baru menyadari kalau kuil itu bukanlah kuil yang saya maksudkan. Ternyata itu Kuil Sri Kandaswamy, bukannya Kuil Sri Mahamariamman. Tapi meskipun saya salah persepsi dan tidak sempat mengunjungi Sri Mahamariamman Temple sampai pulang kembali ke Indonesia, toh, saya tetap berfoto di depan kuil yang juga terkenal. Jadi, ya, anggap saja impas. Haha.

Ini Sri Kandaswamy Temple di Jalan Scott, ya (foto diambil setelah berjalan kaki kurang lebih tiga kilometer.)

Lanjut wisata religius ke Thean Hou Temple, saya dan adik saya langsung beribadah dan foto-foto setelahnya. Usut punya usut, ternyata kuil ini terkenal sebagai kuil untuk meminta jodoh, jadi bagi kalian yang jomblo bisa sekalian berdoa meminta jodoh, ya. 😃





Yue Lao, alias Match Maker from Heaven. Menurut legenda, pada buku yang dia bawa itulah telah tertulis nama-nama orang dan jodohnya masing-masing dan pada waktunya nanti, ia akan mengikatkan benang merah di kaki pasangan itu dan menyatukan mereka dalam cinta. Bagi yang jomblo, bisa memohon padanya supaya enteng jodoh.

Sepulang dari Thean Hou Temple kami mampir makan sore dulu di McD karena kami tidak punya ide mau makan apa dan setelahnya kami kembali ke hotel untuk beristirahat lagi.


Malamnya kami memilih jalan-jalan ke Pavilion, Bukit Bintang. Pavilion ini termasuk salah satu mall terkenal di kawasan Bukit Bintang, KL. Mall ini juga besar banget kalau dibandingkan dengan mall yang ada di Bali.


Penghujung malam itu, kami habiskan untuk berjalan kaki ke KLCC. Teman adik saya kebetulan sedang ada acara di KLCC dan mereka bersepakat untuk bertemu di sana. Jadi sekalian jalan-jalan, akhirnya kami pergi ke sana dengan berjalan kaki melalui jalan penghubung (walkway) dari Pavilion Mall menuju ke KLCC. Tidak jauh, kok, dan aman. 

Ini walkway yang bisa kita lewati kalau ingin ke KLCC lewat Pavilion, Bukit Bintang.

Penampakan Twin Tower dari KLCC -dan muka stunned kami karena baru sadar Twin Tower ada di hadapan kami.

Kalau boleh jujur, sejak hari pertama saya sudah dibuat terkagum-kagum dengan semua alat transportasi dan fasilitas umum di Negeri Jiran itu karena meskipun dipakai umum, semuanya terawat dan bersih. Untuk sampai ke satu tempat ke tempat lain yang ada di tengah kotapun juga bisa dijangkau dengan mudah dan termasuk aman. 


Menurut saya, KL ramah bagi tourist perempuan, even untuk yang pemula seperti saya. Hanya ada beberapa kawasan yang masuk area merah untuk masalah keamanan dan you know what, kata orang Petaling Jaya termasuk kawasan rawan copet! Ya, saya menginap di Petaling dan baru tau hal itu setelah seorang nenek-nenek yang kami temui di Thean Hou Temple mewanti-wanti kami untuk berhati-hati di sana. Bersyukur ada yang mengingatkan kami, jadi kami lebih berhati-hati lagi kalau berjalan-jalan di kawasan Petaling sehingga selama tinggal di sana, saya dan adik tidak sampai mengalami hal yang kami takutkan. Pokoknya tetap awas dan berhati-hati saja. Jaga barang bawaan karena meskipun hal itu kedengarannya hanya untuk menakut-nakuti tetapi lebih baik mencegah sebelum terjadi, kan. Tetapi, meskipun kesan Petaling 'seseram' itu, I find myself enjoying my time there. Ada banyak jenis kuliner terutama Chinese Food yang wajib coba! Mungkin saya akan bikin post khusus tentang makanan-makanan apa yang sudah kami coba selama di KL, dan karena stay di Petaling, mungkin makanan yang akan saya ceritakan dominan dari Petaling, ya.


Oke, segitu dulu post untuk cerita di hari pertama kami di KL. Menyusul cerita hari kedua di post selanjutnya, ya.


Warmly,

Golda ❤️


You may also like

No comments:

Powered by Blogger.