Jun 5, 2019



Cerita selanjutnya tentang rush vacation ke Malaysia dan Singapore di hari kedua, kami pergi ke Malaka.


Cerita sedikit kenapa kami pilih melancong agak jauh ke selatan Malaysia padahal kita menginapnya di Kuala Lumpur karena sayang sekali kalau tidak mampir, mumpung ke Malaysia. Selain di Malaka itu spot fotonya banyak banget, kita juga disuguhkan sama liburan ala kota tua nan bersejarah. Oh iya, Malaka itu juga terkenal sama cendol duriannya dan kalian harus coba!


Nah, pagi itu kami berangkat sekitar jam 10. Semula kami ingin berangkat lebih pagi, tetapi apa daya karena kecapaian di hari pertama, akhirnya kami mengundur waktu berangkat menjadi pukul sepuluh dan menurut saya itu keputusan yang salah! Waktu jalan-jalan kami di Malaka jelas jadi sangat terpangkas karena mengulur waktu berangkat!


Karena letaknya yang jauh dari Kuala Lumpur (Sekitar 2 jam perjalanan), option paling masuk akal untuk sampai ke Malaka adalah dengan menggunakan bus dari Terminal Bersepadu Jaya (TBS). Dari Petaling, kami harus naik Grab dulu untuk sampai ke TBS. Jarak dari Petaling ke TBS sendiri sekitar 15-20 menit perjalanan. Jadi kalau ditotal-total waktu untuk sampai dari Petaling ke Malaka itu sekitar kurang lebih dua setengah jam perjalanan dan itupun baru sampai terminal Malaka Central-nya saja. Jadi sebaiknya, bagi kalian yang berencana untuk mengunjungi Malaka dalam waktu seharian saja seperti kami, saya sarankan untuk mengatur waktu berangkat lebih awal supaya bisa lancong lebih lama di sana.


Oke, dari cerita-cerita kami dengan Kakak driver Grabnya, dia bilang Malaka itu aman, kok, untuk pelancong perempuan. Dia malah menyarankan kami untuk take time di Malaka dan menginap saja lain kali di sana. Kata dia supaya puas berliburnya karena sebetulnya banyak hal yang bisa di eksplor di Malaka. Karena kami tidak memiliki spare waktu untuk berlibur lama-lama di Malaka, kami berencana hanya akan mampir ke satu tempat saja, apalagi kalau bukan untuk foto-foto. Lucunya, saya yang waktu itu mengomandani trip ke Malaka ini sama sekali enggak tau dimana tempat itu berada! Pokoknya berbekal percaya diri dan energi penuh semangat untuk berpetualang, saya hampir lupa untuk cari info dulu. Jadi bisa dikatakan, kami pergi ke Malaka benar-benar tanpa tujuan jelas. Yang kami tau, kami cuma mau foto-foto di mural dekat sungai dan coba es cendol. Udah. Itu doang. We have no idea that Malacca is that big and that far from KL. Hampir-hampir seperti perjalanan dari Denpasar ke Singaraja, cuma bedanya, tanpa melewati jalan meliuk-liuk saja. Kami baru tau semuanya setelah sampai di Malaka-nya.



Dari Grab yang membawa kami dari Petaling ke TBS, kami lanjut mencari tiket tujuan Malaka Central dengan waktu keberangkatan paling dekat. Kami dapat keberangkatan pukul 10.30 pagi. Cerita sedikit, TBS itu terminalnya bagus banget, hampir seperti bandara. Disitu saya merasa terheran-heran, kira-kira di Indonesia kapan, ya, terminalnya bisa sebagus, serapi dan setertata itu?



Suasana terminalnya seperti bandara, super bersih dan nyaman! (Eits, jangan salfok! LOL)

Dari TBS, kami berangkat ke Melaka Central, terminal utama di Malacca City. Sepanjang perjalanan dari TBS ke Melaka Central kami hanya tinggal tiduran di bus yang membawa kami ke tujuan. Waktu itu kami naik bus Mayang Sari and the ticket is only RM 11 - 12 per orang. Cheap! Busnya juga super nyaman dan perjalanan juga berjalan dengan aman tanpa gangguan. Pokoknya di Indonesia, saya rasa bus dan angkutan umumnya belum ada yang sebagus itu.

Tiket bus menuju Malacca RM 11.40 yang kalau dirupiahkan hanya sekitar kurang lebih Rp 40.000-an saja.

Bus Mayang Sari ini nyaman, dan bersih. Perjalanan dua jam benar-benar nyaman dan penumpangnya juga tertib.

Nah, setelah sampai di Melaka Central, kami lapar. Bubur yang kami makan untuk sarapan sepertinya sudah habis terserap selama hampir dua jam perjalanan. Jadi kami langsung melipir ke Subway karena alasan personal: di Bali tidak ada Subway. Haha. Ya, jadi kami makan siang dulu sambil cari-cari informasi kemana sebenarnya tujuan kami. Setelah googling, kami sepakat kalau kami akan berkunjung ke Jonker Street.


Nyoba makan Subway. Maklum, di Bali tidak ada.

Setelah makan, kami segera mencari Grab untuk membawa kami ke Jonker Street. Tapi sebelum itu, kami juga menyempatkan diri untuk beli tiket pulang kembali ke KL. Kalau kalian mau ngantri dan beli secara manual, kalian bisa ikutan mengantri di antrian dan membeli tiket dengan bantuan mbak dan mas penjual tiketnya, tapi kalau kalian mau cepat, di sana juga sudah ada mesin yang memudahkan kalian untuk memilih dan membeli tiket kalian sendiri. Kalian juga bisa memilih tempat duduknya langsung di layar mesin, loh! Untuk ukuran terminal, fasilitas di Malaysia sudah cukup keren, lah, pokoknya.

Self service membeli tiket dengan mesin.

Sesampainya di Jonker Street, kami langsung strolling around di The Stadhuys, bangunan merah peninggalan kolonial Belanda yang masih terjaga dan terawat. Di area luar museum itu sendiri banyak banget lapak oleh-oleh dan ada becak super fancy yang bisa disewa untuk keliling area Jonker Street. Lucunya, becak super fancy ini muter lagu dangdut Indonesia, loh! Jadi, meski suasananya seperti di Belanda tapi lagu latarnya lagu "Lagi Syantik" yang mengalun dari becak-becak fancy itu. Saya dan adik saya terkekeh geli mendengarnya.

Stadhuys; yang warna-warni super fancy itu becak. Jadi kita bisa sewa becak untuk keliling Jonker Street full music! LOL.



Selesai strolling di the Stadhuys, kami lanjut menyebrang jalan dan lanjut strolling di pinggir sungai Malacca. Ini tempat yang terkenal untuk foto-foto. Banyak banget turis yang foto-foto di sana karena tempatnya yang memang instagramable banget. Dari sungai ini juga ada akses ke gang-gang kecil yang super artsy yang memang diperuntukkan untuk tempat berfoto. Saya dan adik saya memilih untuk langsung ke spot colorful di Kiehl's Heritage setelah sebelumnya jalan-jalan ke museum tulisan kanji yang letaknya tepat di sebelah Kiehl's Heritage ini. Waktu itu, untuk masuk ke museum ini kami sama sekali tidak dikenakan biaya masuk apapun alias gratis.



Malacca rasa Belanda

Musium Lukisan dan Tulisan Kanji yang bisa dikunjungi tanpa dipungut biaya.







Selesai foto-foto di Kiehl's Heritage, kami jalan-jalan di sekeliling Jonker Street dan mampir untuk beli penganan oleh-oleh. Kalau menurut saya, duren favoritnya di sana. Mulai dari es cendol durian sampai kopi durian ada di sana. Kalau kalian suka durian, kalian pasti senang banget coba-coba variasi minuman dengan bahan dasar durian di sana. Kopi juga sepertinya jadi daya tarik, ada beberapa coffee shop lucu di sekitaran sana yang bisa kamu kunjungi juga.

Oh, iya, sedikit fun fact, gula aren kalau di Bali sebutannya gula Bali, kalau di Jawa disebut gula Jawa, nah, ternyata, di sana pun gula aren punya sebutan sesuai tempat asalnya, jadi di sana namanya gula Melaka! Hanya gula jenis ini yang menurut saya tidak konsisten masalah nama. 😆

Puas belanja oleh-oleh, kami langsung melipir ke kedai es yang kelihatannya favorit di sana, nama kedainya Madam Yum. Banyak banget opa-opa dan oma-oma yang main ke sana, jadi kami pikir kedai itu mungkin kedai yang klasik alias sudah ada sejak lama (tapi gak tau juga sih, benar apa enggaknya. Hahha!) Jadi pikir kami kami harus coba nih makanan yang legend model begini. Jadi kami memutuskan untuk mencoba es cendol duriannya. Entah karena cuaca di sana memang super panas atau karena memang esnya enak, pokoknya es cendol durian itu menempati posisi istimewa di hati kami setelahnya. Usut punya usut, es cendol durian yang kami coba bukanlah es cendol durian legend yang disebut-sebut orang! Nyatanya, es cendol durian yang wajib coba itu ada di seberang sungai, dan kami clueless banget kalau ternyata es cendol durian legend itu ada di sana! Lol! Tapi meskipun salah, kami tidak menyesal banget sih, soalnya es cendol Madam Yum yang kami coba itupun sudah termasuk enak banget.

The one that my sis enjoying is Es Cendol Durian yang enak parah. Pas untuk cuaca Melacca yang panas. Begitu balik ke KL, kami tidak bisa menemukan es cendol durian seenak ini di sana.

Kami berjalan-jalan di sana sekitar dua atau tiga jam saja. Singkat banget. Itupun kami cuma main di sekitaran Jonker Street, tidak sampai eksplor jauh-jauh karena terhalang waktu lancong kami yang super singkat. Kami balik ke terminal Malaka Central sekitar jam empat sore dan menunggu dulu sampai bus yang kami tumpangi datang. Kurang lebih pukul 5 sore, kami berangkat kembali ke Kuala Lumpur dan tiba sekitar pukul 7 petang. Langit mulai gelap ketika kami sampai kembali di TBS. Sisa malam itu, kami tidak memiliki plan apapun lagi karena capek. Jadi, kami memutuskan untuk hanya cari makan di Petaling saja lalu beristirahat di hotel sambil merencanakan rencana jalan keesokan harinya.

Udah. Itu dia cerita liburan hari ke dua kami di Malaysia. Meski sekarang sudah hampir tiga bulan berlalu, saya rasa saya masih belum bisa move on. Lol. Hope we can come back soon!

Thanks for reading, guys!

Warmly,

Golda ❤
Powered by Blogger.