Aug 18, 2017

Buku: Pride & Prejudice By Jane Austen

/
0 Comments

Buku ini masih segar sekali di benak saya, karena baru beberapa hari yang lalu saya menyelesaikan membacanya setelah sekian lama.

Sebetulnya buku ini sudah lama banget saya miliki. Saya belinya mungkin sekitar pertengahan tahun lalu tapi saya tidak pernah berhasil menyelesaikan buku ini. Paling-paling sejak beli, saya hanya bisa bertahan baca sampai bab 5, lalu saya melupakan buku ini begitu saja. Sudah sering kali buku ini tergeser dari daftar bacaan saya, bukan karena saya tidak suka tapi lebih karena waktu itu sepertinya saya tidak terlalu memahami alur ceritanya. Apalagi novel ini terjemahan, jadi seringkali sulit buat saya untuk memahami bahasa Indonesia dalam bentuk terjemahan, dan dengan bahasa baku pula. Ditambah nama-nama tokoh dan hubungan kekerabatan yang saling kait-mengait seringkali bikin saya bingung pada awalnya.

Lalu buku saya tutup begitu saja dan lanjut baca buku yang lain.

Sampai beberapa minggu yang lalu akhirnya saya kembali tertarik 'membongkar' buku ini. Sebelumnya saya sudah bertekad untuk menyelesaikannya kali ini. Karena khawatir akan bingung lagi, sesekali saya sempatkan menonton trailer film-nya yang diperankan oleh Keira Knightley dan Matthew Macfadyen untuk memberikan gambaran tokoh yang akan memerankan perannya di benak saya. Surprisingly this method works, kali ini saya berhasil membaca 'Pride & Prejudice' tanpa mengalami kesulitan! Baik Keira Knightley maupun Matthew Macfadyen berhasil nyantol di benak saya sebagai Lizzy dan Mr. Darcy.

And here I am today: I am in love with this story.. and the main male character Mr. Darcy!

Bagi yang belum baca, mungkin sinopsis ini bakal sedikit spoiler, ya. 

Buku ini menceritakan keluarga Bennet yang memiliki lima orang anak tanpa seorangpun anak laki-laki yang bisa menjadi pewaris kekayaan keluarganya yang tak seberapa. Bila kelima anak mereka menikah dengan pria yang salah, Mrs. Bennet terancam hidup sengsara bila suaminya meninggal nanti.

Pada suatu ketika datanglah serombongan bangsawan muda yang akan tinggal sementara di Netherfield Park dan dengan cepat berita itu menyebar ke Longbourn. Sebagai bentuk ramah tamah, diadakanlah pesta dansa di desa itu. Mrs. Bennet bersikeras memperkenalkan putri-putrinya pada bangsawan muda dan rupawan itu dengan mengajak seluruh putrinya ke pesta dansa. Pada saat itulah Mr. Bingley (pemimpin rombongan bangsawan) jatuh hati pada Jane Bennet, putri tertua keluarga Bennet yang terkenal cantik dan rendah hati.


Mr. Darcy, kawan Mr. Bingley, sepertinya menolak untuk beramah tamah dengan wanita manapun malam itu. Mr. Bingley memintanya untuk mendekati Lizzy (putri kedua keluarga Bennet yang terkenal cerdas dan menarik meski tidak secantik kakaknya, Jane) yang sepertinya tidak memiliki pasangan dansa ketika itu. Di depan mata kepalanya sendiri Lizzy mendengar kalau Mr. Darcy yang pendiam itu telah terang-terangan menolaknya dengan mengatakan kalau Lizzy tidak cukup menarik baginya. Sejak saat itulah Lizzy berkesimpulan bahwa Mr. Darcy tak lebih dari seorang pria angkuh dan sombong. Setelahnya juga, Lizzy mulai memberikan penolakan keras pada Mr. Darcy dan membencinya. Di tiap kesempatan, Lizzy akan berusaha mematahkan pernyataan-pernyataan Mr. Darcy, sebisa mungkin menunjukkan rasa tidak sukanya pada pria itu.

Sementara kakaknya tengah jatuh hati pada Mr. Bingley, Lizzy sepertinya kewalahan dengan tawaran menikah yang diajukan kerabat jauh keluarga mereka Mr. Collins, pria yang akan menerima seluruh kekayaan Mr. Bennet setelah ia meninggal nanti. Tak ada jalan lain untuk menyelamatkan kekayaan Mr. Bennet selain menikahkan salah seorang putrinya pada Mr. Collins. Karena Mr. Collins menaruh hati pada Lizzy, Mrs. Bennet menaruh harapan besar kalau putrinya itu mau menerima tawaran menikah Mr. Collins. Nyatanya, Lizzy menolak tawaran itu padahal Mrs. Bennet berharap Lizzy bisa menyelamatkan nasib keluarganya. Apalagi setelah Jane ditinggal pergi Mr. Bingley kembali ke London, tidak ada jalan lain bagi keluarga Bennet selain menerima uluran tangan Mr. Collins. Setelah penolakan itu, Mrs. Bennet semakin membenci Lizzy, semakin parah setelah Mr. Collins memutuskan menikah dengan sahabat Lizzy sendiri, Charlotte, dan itu artinya kekayaan keluarga mereka juga akan jatuh pada keluarga Charlotte Lucas.


Ditengah prahara keluarga itu, Jane dan Lizzy sering menginap di rumah kerabat mereka. Takdir sepertinya suka mempertemukan Lizzy dengan Mr. Darcy. Entah di jalanan kota, di Rosings Park, atau di Pemberley (tempat tinggal Mr. Darcy). Yang tidak Lizzy ketahui, ternyata Mr. Darcy telah jatuh hati padanya. Nada ketus Lizzy telah jelas-jelas memberikan kesan bahwa ia membenci pria itu, tapi justru penolakan-penolakan itu membuat Mr. Darcy berpikir ulang. Keceriaan pola pikir Lizzy juga telah membuat Mr. Darcy perlahan menganggap kalau Lizzy istimewa. Mr. Darcy awalnya mulai jatuh hati pada tatapan mata Lizzy yang menurutnya indah. Kemudian ia mulai menyadari kalau Lizzy berbeda dari wanita lain setelah ia melihat sendiri bagaimana Lizzy berusaha menerobos perjalanan jauh dan berlumpur ke Netherfield untuk bisa menemui Jane yang saat itu tengah di rawat di kediaman Bingley. Mr Darcy bahkan terpesona melihat wajah Lizzy yang merah padam karena perjalanan jauh dengan gaun kotor ketika gadis itu baru saja sampai di Netherfield.


Elizabeth sendiri baru mengetahui perasaan Darcy setelah pria itu mengungkapkannya sendiri di rumah Mr. Collins, dimana saat itu hanya ada mereka berdua di rumah itu. Sayang, Lizzy menolaknya karena saat itu Lizzy masih membenci sikap pria itu yang menurut kabar yang di dengarnya adalah pria arogan, sombong dan licik. Mr. Darcy menjelaskan semuanya dan perlahan Lizzy menyadari prasangka buruknya pada Mr. Darcy ternyata salah besar. Ia perlahan mulai menaruh hati juga pada Darcy namun sepertinya sulit baginya untuk mendapatkan tawaran pernikahan kedua dari seorang pria. Meskipun Mr. Darcy mulai menunjukkan sikap lembutnya pada Lizzy, tetap saja, Lizzy pernah melukai pria itu, jadi ia tidak berani berharap banyak tentang perasaan pria itu padanya meskipun kegalauannya itu telah menyiksanya sepanjang waktu.

Ceritanya khas kisah cinta antara si kaya dan si miskin dimana jurang pemisah terbesar diantara mereka adalah harga diri dan status sosial yang mereka sandang masing-masing. Diperparah keadaan bahwa hubungan mereka diwarnai prasangka-prasangka tak beralasan terhadap satu sama lain. Namun tak ada hal yang bisa melunakkan dua hati dan kepala yang sama kerasnya dan menyatukan semua perbedaan yang ada selain cinta!

Menurut saya, buku ini surprisingly related dengan kehidupan kita bahkan di saat ini, setelah beratus-ratus tahun berlalu dari setting waktu pada novelnya sendiri. Mungkin nilai-nilai dalam buku ini masih kita anut hingga saat ini, karenanya meskipun buku ini tergolong klasik, membacanya terasa seperti membaca novel roman pada umumnya dan menurut saya benar-benar mengagumkan. Saya bahkan merasakan deg-degan ketika membaca bagian saat Mr. Darcy 'nembak' Lizzy dengan gayanya yang galak tapi sesungguhnya dalam hati dia merasa malu dan takut di tolak.

Elizabeth and Mr. Darcy by Hugh Thomson 1894 (source: wikipedia)
Sekarang saya masih susah move on dan masih menganggap kalau Mr. Darcy itu kece abis dan husband material banget. Sifatnya yang to do point, anggun dan berkelas sesekali waktu terkesan kikuk dan malu-malu ketika ia jatuh hati. Itu karena Mr. Darcy bukanlah tipikal laki-laki yang mengumbar perasaannya, jadi dia menunggu waktu yang pas terlebih dahulu sebelum mengutarakan isi hatinya. Ia juga bersikap gentle karena tanpa sepengetahuan keluarga Bennet ia telah membantu keluarga Lizzy dari ambang reputasi buruk karena adik Lizzy, Lydia, memilih kawin lari dengan orang yang memiliki reputasi buruk. Semua untuk Lizzy! Siapa yang tidak melted?

Jane Austen sanggup merangkum semua nilai-nilai, norma-norma, gabungan rasa, dan menjalin cerita antara dua hati, antara pria dan wanita, melalui prasangka-prasangka tokohnya hingga ceritanya masih dapat dinikmati meski jaman sudah berganti. Buku ini originally terbit tahun 1813 dan ceritanya masih related sampai saat ini. Wajar kalau buku ini masih dicintai hingga saat ini dan mungkin akan terus dikagumi sepanjang masa!


You may also like

No comments:

Powered by Blogger.